Desa Sokawera Kecamatan Cilongok
Desa Sokawera adalah sebuah Desa yang secara Geografis adalah Desa yang terletak di ujung utara Kabupaten Banyumas berada pada ketinggian 1099 m DPL. Sebuah Desa yang mempunyai berbagai Tantangan, Potensi maupun kekurangan dan kelebihan.
Dilihat dari namanya saja Sokawera yang menurut cerita yang melegenda pada masyarakat berasal dari Pohon Soka yang wera atau indah. namun bukan itu yang menjadi titik balik uraian selayang pandang ini, namun dari letak geografislah kita ambil permulaan.
Berada pada ketinggian diatas 1000 m DPL adalah sebuah keadaan ketinggian yang sangat Ideal untuk menjadi Daerah hunian pemukiman, iklimnya yang sejuk udaranya yang bersih serta tanahnya yang tergolong subur adalah modal utama Sokawera untuk menjadi Daerah hunian yang ideal, terlebih lagi lagi letak geografisnya di mana akses jalan bisa di tempuh dari berbagai jurusa diantaranya dari sebelah Timur berbatasan langsung dengan Desa Sunyalangu kecamatan Karanglewas adalah jalur transportasi terdekat untuk menuju Ibu Kota Kabupaten. Kemudian dari sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Singasari kecamatan Kranglewas adalah akses jalan lingkar yang menghidupkan roda perekonomian Sokawera dimana akses jalan ini adalah jalur Koperades yang menghubungkan langsung Sokawerra Dengan Desa-desa yang berada di sebelah timur dan selatan Desa Sokawera. Kemudian di sebelah barat berbatasan dengan Desa Gununglurah juga jalur Koperades yang menghubungkan desa Sokawera dengan IbuKota Kecamatan Cilongok.adalah titik temu darua jalur Koperades . Ini sangat menguntungkan sebagai penunjang mobilitas Masyarakatnya. Kemudian di sebelah utara adalah daerah kehutanan dimana sebagian masyarakat menggantungkan kehidupannya sebagai anggota kelompok tani hutan.
Sokawera diapit oleh 2 buah sungai yang debit airnya cukup besar yaitu sungai Mengaji di sebelah Barat yang sebagian airnya dialirkan ke sawah-sawah melalui wangan susukan dan karyamenggala dan Sungai Kembang di sebelah Timur.
Kemudian Desa Sokawera dihuni oleh sekitar 8.100 penduduk, atau 2111 Kepala Keluarga. Ini juga modal untuk pembangunan khususnya pembangunan perekonomian sebagai pangsa pasar yang cukup besat untuk tingkat sebuah Desa. Masyarakatnya tersebar pada 17 grumbul, 9 RW dan 64 RT, yang sebagian besar adalah Masyarakat Agraris, baik masyarakat tani sawah ataupun perkebunan.
Sawah di Desa Sokawera luasnya sekitar 132,4 hektar tediri dari 88 Hektar tanaman padi, 3.70 hektar tanaman jagung , 32 hektar tanaman ketela pohon dan 4,70 hektar tanaman kacang tanah. Sektor ini sebagai penyangga kehidupan dari 576 rumah tangga atau 2907 orang penduduk dan mempekerjakan 661 buruh tani dan 2104 buruh petani.
Secara normal debit air dari dua sungai khususnya dari sungai mengaji adalah cukup untuk mengairi sawah tersebut. Namun kalau kita lihat keadaan riil di lapangan petani kita sangat kekurangan air untuk mengairi sawahnya, ini dikarenakan sistim irigasinya adalah sistim irigasi non tekhnis dan dan masih semi permanen serta bentang jarak antara sungai dengan areal pertanian melewati daerah yang sulit, berkelok dan banyak melewati alur dan jurang yang cukup dalam. Ini mengakibatkan kalau musim hujan yang mestinya banyak air tapi justru saluran air tersebut rusak karena banyak yang longsor karena sebagian taludnya masih berupa tanah walaupun beberapa titik sudah dibangun permanen.
Kemudian pada waktu kemarau dimana debit air di Sungai Mengaji menjadi sedikit sehingga airnya habiis di jalan dipergunakan oleh penduduk di sepanjang saluran air sebagai sumber air untuk MCK karena mereka belum mempunyai jaringan air bersih yang memadai. masalah ( ini akan di uraikan lebih lanjut dalam soal kesehatan )
Pada dasarnya keadaan tanah di Desa Sokawera adalah tanah dimana hampir semua tanaman komoditas bisa di budidayakan di arel ini. Seperti jagung , ketela pohoh, ketela rambat dan segala jenis kacang-kacangan, dan berbagai jenis sayuran bisa tumbuh dengan cukup baik .
Dalam hal informasi tekhnologi tepat guna mereka membentuk kelompok-kelompok tani sebagai sarana dan media pengenalan informasi tekhnologi tepat guna. sebagai penunjang peningkatan kwalitas dan kwantitas produksi. Demikian pula Organisasasi P3A mereka bentuk untuk mengurusi dalam pengadaan dan pembagian air untuk pertanian dan budidaya perikanan darat. Budidaya perikanan darat yang di kembangkan petani adalah nila, gurameh, emas, tawes , melem, lele dan sebagainya. Budidaya ini adalah salah satu usaha yang prospeknya sangat bagus Karena didukung oleh iklim dan pakan ikan yang melimpah namun tidak bisa berkembang secara maksimal dikarenakan keterbatasan air dan permodalan.
Sebagai masyarakat tepian hutan dimana rumput dan limbah pertaniannya seperti jerami, pohon jagung , pohon kacang , ketela pohon , ketela rambat dan daun daunan lain melimpah juga mengupayakan dan mengembangkan peternakan kambing sejumlah 413 ekor, sapi jawa 27 ekor, domba 176 ekor dan kelinci 127 ekor. Ini dibandingkan dengan makanan ternak yang tersedia masih sangat mungkin untuk dikembangkan lebih baik lagi. namun lagi-lagi masalah permodalan lah yang menjadi kendala. upaya upaya untuk membudidayakan peternakan secara berkelompok saat ini sedang dikembangkan dengan membentuk kampung-kampung ternak yang di prakarsai oleh LMDH dan pemerintah Desa. Pemerintah Desa telah menyediakan tidak kurang dari 5000 m2 tanah untuk didirikan kampung ternak baru. Disamping itu peternakan ayam pedaging maupun petelur walaupun secara sporadic dibududayakan di Sokawera.
Di samping untuk pertanian dan peternakan tersebut di atas juga tanaman keras lainnya seperti Kelapa Petai, Jengkol, cengkih dan tanaman keras lainnya adalah tanaman tanaman komoditas unggulan yang lain.
Khususnya tanaman Kelapa adalah tanaman budidaya masyarakat sebagai tulang punggung perekonomian karena sebagian besar masyarakat Sokawera adalah petani gula kelapa. Dalam satu pasaran saja ( satu pasaran adalah lima hari) petani gula kelapa Sokawera bisa menghasilkan 14.500 Kg gula kelapa. Sebuah angka yang fantastis untuk ukuran sebuah Desa. Pada era sekarang produk gula kelapa Desa Sokawera sudah berkembang menjadi Gula semut atau Gula Kristal. Produk ini menjadi unggulan di Desa Sokawera yang dikelola oleh Kelompok Tani Mekar Sari Kejubug yang mana kelompok ini pernah menjadi Juara Pertama Tingkat Jawa Tengah dalam hal Pengolahan Gula Semut/Kristal. Permasalahan yang dihadapi oleh Sebagian Petani Gula Kelapa cetak atau Gula Kelapa biasa adalah harga jual yang masih rendah dikarenakan harga jual gula kelapa masih tergantung pada para pengepul. Padahal potensi pengembangannya cukup menjanjikan apabila Pemerintah mau menstabilkan harga jual gula kelapa dan mensejahterakan petani Gula Kelapa khususnya di Desa Sokawera.
Kemudian satu lagi tanaman komoditi unggulan adalah kayu albasia dimana pada perkebunan di Sokawera tumbuh subur dan cukup banyak dibudidayakan di samping pohon kelapa. Komoditas perdagangan yang mestinya sangat menguntungkan petani sebab komoditas ini harganya tergantung dengan fluktuasi dolar karena komoditas ini sebagian besar untuk di eksport. Keadaan ini pun belum sepenuhnya di nikmati petani di karenakan para pedagang membeli kepada petani dengan harga yang murah dengan alasan lokasi penanaman rata-rata masih sulit dijangkau dengan kendaraan karena akses jalan yang sulit dan berbukit-bukit. Sebenarnya alasan akses jalan yang sulit tidak terlalu menjadi kendala apabila berada di daerah yang landai namun dilihat dari garis kontur tanah Sokawera yang berkisat 450 m adalah daerah kebanyakan berada pada kemiringan lebih dari 25 derajat inilah yang membuat harga jual kayu albasia dan sejenisnya di Desa Sokawera menjadi murah.
TINGKAT PENGUASAAN TEKHNOLOGI MASYARAKAT SUDAH MULAI MENINGKAT INI DIKARENAKAN TINGKAT PENDIDIKAN MASYARAKAT YANG SUDAH MULAI MAJU.
Sektor-sektor pendukung perekonomian dan pemberdayaan masyarakat lainya sudah mulai maju dan tertata ini berkat kerjasama yang baik antara pihak Pemerintah Desa dan warga masyarakat serta peran serta kelompok masyarakat maupun lembaga dalam hal kegiatan ekonomi, pemberdayaan dan lainnya. Dalam hal pendidikan masyarakat Desa Sokawera juga sudah bebas 3 buta dan pendidikan umum sudah mulai maju. Pendidikan Masyarakat Desa Sokawera selain pendidikan formal sejak beberapa tahun terakhir dengan difasilitasi oleh PKBM Argowilis (https://argowilis.wordpress.com/ ) diadakan kejar paket A, B maupun C. Sehingga tingat pendidikan Masyarakat meningkat.
Dari berbagi uraian di atas menunjukkan bahwa Desa Sokawera adalah Desa yang mempunyai Prospek yang Cerah namun tidak luput dari hadangan kendala-kendala yang cukup kompleks.
Sebagai imbas dari kemajuan tekhnologi secara global masyarakat mestinya harus siap dengan perangkat keras yang memadai, Namun ini bagi masyarakat seperti nelayan di tengah lautan yang ikannya melimpah namun tidak punya alat untuk menangkapnya, sama halnya dengan masyarakat kita yang belum mampu memanfaatkan kecanggihan tekhnologi dikarenakan tingkat pendidikan yang sangat minim.
Di desa Sokawera berdiri 2 SD Negeri, 2 Madrasah Ibtidaiyah, 1 kelompok Kejar paket A, 1 Kelompok Paket \B, dan satu kelompok Paket C. 3 TK, 2 PAUD, 3 pondok pesantren dan 19 TPQ / Majelis ta’lim.
Masyarakat sokawera adalah masyarakat religius yang taat, ini tercermin dari bangunan infrastuktur keagamaan seperti masjid yang berjumlah 12 buah dan musholla sebanyak 43 buah. Mereka juga penganut paham yang harmonis tercermin dari keharmonisan antar penganut organisasi massa islam yang berbeda namun tidak pernah terjadi gesekan yang berarti. Ini sebuah modal besar bagi keamanan dan ketertiban masyarakat .
Pada sektor kesehatan masyarakat Sokawera tergolong masyarakat yang tingkat kesehatannya cukup baik ini dikarenakan sarana pendukung seperti bidan Desa dan poli pengobatan sangat membantu khususnya untuk kesehatan ibu dan anak. Antusias dan kesadaran masyarakat untuk membangun kesehatannya walaupun masih kurang namun kemauan mereka untuk mendirikan Posyandu-posyandu di lingkungannya adalah cermin di mana mereka ingin para ibu dan balita mereka sehat.
Namun di sisilain kemampuan mereka untuk penatan lingkungan yang bersih dirasa masih sangat kurang , karena mereka masih pula buang air besar di solokan dan kolam ikan peliharaan mereka, ini sangat riskan dalah hal kesehatan, dari 2111 KK baru sekitar 553 rumah tangga yang sudah mempunyai WC. selebihnya masih BAB di luar baik di selokan maupun di kolam ikan.
Terlebih lagi pemenuhan kebutuhan air bersihnya masih belum merata dan tertata. Dimana keluarga yang menggunakan air bersih yang bersumber dari mata air masih belum merata, bagi yang punya duit untuk membeli pipa atau slang mereka bisa mencukupi kebutuhan air bersihnya bahkan terkesan berlebihan . Namun bagi 902 keluarga miskin hanya bisa memanfaatkan air sungai, banyak diantara mereka memenuhi kebutuhan air bersihnya dengan cara menggali sumur yang berjumlah 105 keluarga. 240 keluarga lainnya telah menikmati hidran umum.
Pada prinsipnya masarakat Sokawera adalah masyarakat yang dinamis dan mempunyai keingininan yang tinggi untuk bisa mencukupi kebutuhan dasar hidupnya, ini tercermin dari berbagai aktifitas yang dilakukan. Dari mayoritas petani adapula pekerja di sektor lain seperti buruh swasta 168 orang, PNS 22 orang, pengrajin 246 orang, pedagang 138 orang dan montir 5 orang. Kusus untuk sektor kerajinan rumah tangga sebagai tolok ukur kreatifitas masyarakat, sebab sektor ini dibutuhkan kemauan yang tinggi, keuletan dan pensiasatan pemasaran. Kerajinan yang diupayakan seperti anyaman bambu, furniture bambu, mebelair kayu dan kerajinan pembuatan dinding kayu dan kusenan kayu. Disamping itu kerajinan makanan juga salah satu kerajinan yang cukup diminati masyarakat sebagai lapangan usaha seperti pengrajin Manggleng, ampyang, tempe, tapai kerupuk /karag singkong, dan kue-kue basah dan jajan pasar. untuk prospek pemasaran Desa Sokawera adalah pangsa pasar yang cukup potensial khususnya untuk kerajinan pangan. Namun lagi-lagi masalah klasik yaitu permodalan dan pengetahuan menjadi kendala yang harus diupayaka pemecahannya. Walaupun sudah bergulir Simpan Pinjam Peremuan yang digulirkan oleh program PNPM-MP namun karena keterbatasan jumlah modal dan kesulitan persyaratan pengajuan kredit sampai saat ini para pengrajin masih banyak yang terjerat oleh pinjaman yang berbunga sangat tinggi seperti ijon atau tengkulak, rentenir dan bank harian yang rata-rata bunganya diatas 20 % perbulannya. Bagaimana mereka akan menikmati hasil usahanya kalau modalnya saja justru jadi gurita yang mencekik. Sekarang timbul pertanyaan mengapa mereka masih pula menggunakan permodalan yang berbunga tinggi sedangkan merekapun sadar bahwa mereka tidak akan bisa menikmati hasil usahanya secara maksimal ? jawabannya ada di benak masing-masing para pembaca.
Ini hanya selayang pandang, bukan pemaparan bukan himbauan juga bukan pengibaan apalagi eksplotasi kemiskinan, hanya sebuah cerita tentang keadaan bukan komoditas apalagi bahasa politik.
Banyak yang kurang akurat banyak pula yang tidak tepat, itu hanya soal pengolahan angka tapi ini riil bahwa inilah kami Desa Sokawera.
Akhirnya kepada pembaca yang budiman apabila berkenan membaca dan mengomentari selayang pandang ini komentarilah tentang isi jangan komentari tentang komposisi apalagi tata bahasa dan cara penulisannya.
Ini bukan sumber informasi hanya sebuah titik dari konotasi kondisi tentang masyarakat Sokawera.
Sekian dan Terima Kasih